ITMG menggenggam kas USD 871 juta tanpa utang besar, memunculkan spekulasi strategi berikutnya.
Pada tahun 2022 lalu ITMG berhasil mencetak net profit terbesar sepanjang sejarah Perusahaan. Angkanya USD 1.2 miliar. Di tahun tersebut ITMG memutuskan besaran dividen yang dibagi tetap mengikuti kebijakan payout ratio yang telah ditetapkan sejak 2007. Yaitu sebesar 60% laba bersih. Thus per Q3 2023 Perusahaan masih menggenggam cash dalam jumlah yang cukup signifikan, yaitu sebanyak USD 871 juta.
Pertanyaannya, untuk apa cash sebanyak itu disimpan-simpan? Padahal ITMG tidak memiliki hutang besar yang harus dibayar. Capital structurenya sudah sangat bagus. Current rationya selalu berada di angka 1.5 sepanjang satu dekade terakhir. Pun saat Perusahaan pernah mencetak laba yang juga terbilang cukup tinggi pada 2018 lalu, mereka memutuskan untuk membagikan semua keuntungannya, tanpa perlu menahan-nahan cash dalam jumlah yang berlebih.
Perusahaan belum memberikan informasi secara terperinci tentang apa yang akan mereka lakukan dengan cash nya itu. Tapi ada sedikit petunjuk yang pernah disampaikan oleh Manajemen. pada bulan Mei 2023 Direktur Hubungan Investor dan Komunikasi Korporat ITMG pernah menyampaikan bahwa Perusahaan sedang mencari potensi untuk melakukan akuisisi tambang nikel atau mineral lain dan telah melakukan diskusi dengan beberapa Perusahaan. Namun hingga artikel ini dibuat mereka masih belum melakukan aksi korporasi terkait.
Sementara Perusahaan tambang batubara lain seperti HRUM dan UNTR telah lebih dulu melakukan diversifikasi akuisisi tambang nikel.
Sebenarnya ITMG sudah mulai mengemukakan rencana akan perlunya Perusahaan melakukan diversifikasi sejak tahun 2016 di laporan tahunan mereka. Lalu baru di 2017 ITMG secara jelas menyampaikan visi diversifikasi-nya, yaitu menjadi Perusahaan penyedia energy yang sustainable dan affordable.
Mereka ingin expand baik secara vertikal maupun horizontal. Dari upstream hingga downstream. Baik dalam bisnis energy conventional batubaranya, maupun di bisnis renewable.
Setelah menyatakan visi tersebut, di 2017 ITMG mengakuisi PTGE. Sebuah Perusahaan distribusi bahan bakar. ITMG menjadikan PTGE sebagai suplier utama bahan bakar untuk operasional tambang mereka. PTGE juga melakukan penjualan ke perusahaan lain.
Di sisi bisnis renewable ITMG berhasil mengoperasikan pembangkit tenaga surya pertamanya di 2020. Peruntukkannya masih digunakan untuk operasi tambang milik mereka sendiri. Kapasitasnya sebesar 3 MW. Pada tahun 2021 ITMG menambah kapasitas pembangkit sebesar 2 MW, juga untuk kebutuhan operasional tambangnya di Bunyut. Terakhir, di 2023 lalu ITMG melaporkan telah mengakuisisi Suryanesia sebesar 65% kepemilikan. Produk Suryanesia adalah atap panel surya dengan skema bisnis sewa solar-as-a-service.
Langkah diversifikasi lain yang sedang dilakukan oleh ITMG adalah gasifikasi tambang batubara milikinya. Dikabarkan bahwa pada bulan Mei 2023 lalu mereka berencana untuk menandatangani MoU dengan Pupuk Kaltim sebagai calon pembeli produk gasifikasinya. Proyek ini ditargetkan beroperasi di 2025, dengan kebutuhan investasi sebesar USD 200 juta. Hingga artikel ini dibuat masih belum ada update terkait progres proyek tersebut.
Walaupun ITMG telah lama memulai langkah diversifikasi, namun kontribusi pendapatan dari bisnis-bisnis baru tersebut sejauh ini masih sangat kecil dibandingkan dengan penjualan batubara mereka.
Pada laporan keuangan tahun 2017 gabungan penjualan dari PTGE dan jasa pertambangan ITMG proporsinya tidak sampai 1% dari pendapatan penjualan batubara mereka. Pada laporan tahun 2018 dan 2019 persentasenya meningkat menjadi 5%. Pada tahun 2020 menurun menjadi 4.5%.
Minimnya kontribusi revenue dari bisnis non-batubara, ditambah lambatnya eksekusi, menimbulkan pertanyaan akan keseriusan ITMG dalam mengembangkan diversifikasi usahanya. Namun di saat bersamaan, besarnya cash yang mereka sisihkan saat ini menimbulkan rasa penasaran. Langkah besar apa yang sedang mereka persiapkan?
Selain kemungkinan menggunakan cash tersebut untuk pengembangan bisnis baru, masih ada kemungkinan lain yaitu untuk peningkatan profit margin bisnis eksisting, expand teritori tambang batubara mereka, share buyback atau dibagikan saja dalam bentuk dividen.
Margin operasional ITMG dalam 10 tahun terakhir berada di angka rata-rata 20.33%. Dibandingkan dengan 10 Perusahaan batubara dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, profit margin rata-rata ITMG berada di urutan ke-4. Urutan pertama adalah BYAN di 27.85%, ADRO di 24.11% lalu PTBA di 23.95%.
Salah satu tantangan terbesar ITMG dalam meningkatkan profit margin adalah tingginya striping ratio operasional tambang mereka. Sepanjang 2023, mereka menargetkan striping ratio berada di angka 12x. Sementara di tahun 2016, angkanya masih berada di 8.4x. Striping rationya terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan striping ratio ini wajar terjadi seiring dengan semakin bertambahnya usia penambangan.
Belum ada penyampaian dari manajemen terkait strategi atau rencana menaikkan profit margin dari tambang eksisting. Namun pada tahun 2017 dan 2018 lalu ITMG melakukan expansi teritori tambang batubara dengan cara mengakusisi tambang lain. Langkah ini juga dapat memperbaiki angka striping ratio rata-rata Perusahaan terutama apabila tambang baru tersebut usia penambangannya lebih muda dari yang sudah ada.
Semua tambang ITMG terletah di pulau Kalimantan. Tersebar wilayah di bagian Timur, Tengah dan Selatan. Masing-masing wilayah sudah dilengkapi dengan pelabuhannya sendiri-sendiri untuk mengefisiensikan biaya transportasi.
Tambang yang diakuisisi oleh ITMG pada 2017 dan 2018 lokasinya berdekatan dengan area tambang eksisting. Thus, tambang baru tersebut bisa menggunakan infrastruktur yang sudah ada untuk mengoptimalkan biaya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kemungkinan penggunaan cash untuk akuisisi tambang batubara lagi masih tetap ada. Karena Perusahaan juga masih berfokus pada bisnis utamanya sejauh ini. Dan itu juga pernah mereka lakukan di 2017 dan 2018 lalu.
Bagaimana dengan kemungkinan share buyback dan pembagian dividen?
Pada bulan Januari 2024 price to book value ITMG stabil berada di atas 1. Sebelumnya perusahaan pernah melakukan share buyback. Ketika itu angka price to book value mereka berada di antara 0.5 – 0.8. Seharusnya Perusahaan hanya melakukan share buyback ketika valuasi harga sahamnya undervalue. Melihat dari angka price to book value di bulan Januari 2024, kecil kemungkinan ITMG melakukan share buyback, kecuali saat harga sahamnya di kemudian hari turun sampai di titik undervalue.
Untuk dividen, secara history ITMG sudah pernah membagikan dividen di atas payout ratio yang sudah ditetapkan. payout ratio policynya 60%. Di tahun 2018 dividen payout rationya sebesar 101%, 75% di 2019, 90% di 2020 dan 70% di 2021. Di 2022, walaupun Perusahaan berhasil mencetak keuntungan terbesar sepanjang sejarah, dan secara bisnis eksisting-nya tidak memerlukan investasi yang besar dikarenakan bisa dikatakan sudah cukup optimal, mereka hanya membagikan dividen dengan payout ratio sebesar 60%.
Kemungkinan penggunaan cash jumbo saat ini untuk dibagikan dalam bentuk dividen masih tetap ada. Tapi seharusnya langkah ini diambil apabila Perusahaan sudah tidak bisa lagi menemukan peluang yang lebih baik untuk pengembangan bisnis kedepannya.