After pandemi, perusahaan perhotelan tbk yang sudah pulih, belum pulih dan yang berhasil mencetak pertumbuhan tinggi
Pada 5 Mei 2023, WHO mengumumkan bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir. Dengan berakhirnya pandemi, apakah pendapatan dari segmen hotel milik perusahaan properti di Indonesia sudah kembali ke tingkat sebelum pandemi? Mengingat industri perhotelan adalah salah satu sektor yang terpukul cukup keras saat Covid-19 mulai menyebar.
Berdasarkan data Tingkat Hunian Kamar (Room Occupancy Rate/ROR) hotel bintang dari 2019 hingga 2022, terlihat bahwa ROR mengalami pemulihan bertahap dari 33,79% di tahun 2020 menjadi 47,8% di tahun 2022. Namun, angka ini masih belum menyamai tingkat ROR sebelum pandemi di tahun 2019, yang mencapai 54,81% (Lihat Grafik 1).

Beberapa Perusahaan Belum Pulih, Beberapa Sudah Lebih Kuat
Jika melihat perubahan persentase pendapatan unit bisnis hotel dari 12 perusahaan properti yang masuk dalam indeks sektor properti (IDXPROPERT), terlihat bahwa sejalan dengan rata-rata ROR, beberapa perusahaan masih belum bisa mengembalikan pendapatan mereka di tahun 2022 ke tingkat tahun 2019. Namun, ada juga yang sudah kembali ke tingkat 2019, bahkan beberapa berhasil mencatat pertumbuhan signifikan (Lihat Grafik 2).

Untuk memudahkan analisis, 12 perusahaan ini dibagi ke dalam tiga kategori pertumbuhan berdasarkan persentase perubahan pendapatan di tahun 2022 dibandingkan dengan 2019. Pembagian kategori ini sebagai berikut:
P1: Pertumbuhan negatif di bawah 0%
P2: Pemulihan dengan pertumbuhan antara 0% – 10%
P3: Pertumbuhan kuat di atas 10%
Berikut adalah distribusi 12 perusahaan ke dalam tiga kategori pertumbuhan tersebut.

Dari Grafik 3, terlihat bahwa 4 perusahaan (33,3% dari 12) masih belum bisa mengembalikan pendapatan mereka ke tingkat 2019. Tiga perusahaan berhasil tumbuh di kisaran 0-10%, dan lima perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan di atas 10%.
Punya Banyak Hotel di Berbagai Wilayah Bukan Jaminan Pendapatan Pulih
Memiliki banyak hotel yang tersebar di berbagai wilayah ternyata bukan jaminan bahwa pendapatan di tingkat portofolio akan pulih. Lippo Karawaci (LPKR) dengan jaringan hotel Aryaduta memiliki aset hotel di 10 kota besar di Indonesia. Namun, pendapatan mereka di 2022 masih -26,35% dibandingkan 2019. Sementara itu, Agung Podomoro Land (APLN) dan Pakuwon Jati (PWON), yang juga memiliki hotel di berbagai kota besar, justru berhasil meningkatkan pendapatan mereka masing-masing sebesar 57,28% dan 68,52% dibandingkan 2019.
Hotel Bermerk Internasional Juga Bukan Jaminan Performa Lebih Baik
Meskipun perusahaan yang memiliki banyak hotel bermerk internasional cenderung mencatat kinerja yang baik (seperti Pakuwon Jati dengan hotel Sheraton dan beberapa merek global lainnya, atau Metropolitan Kentjana (MKPI) dengan hotel Intercontinental), ini bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan. Contohnya adalah Modernland, yang memiliki dua hotel dengan merek global, yaitu Novotel dan Swiss-belinn, namun pendapatannya di tahun 2022 masih -23,89% dibandingkan tahun 2019.
Meskipun rata-rata ROR hotel bintang di 2022 mulai mendekati tingkat 2019 seperti terlihat pada Grafik 1, beberapa hotel—terutama perusahaan dalam kategori P1—masih mencatat pertumbuhan pendapatan negatif. Bahkan, tiga perusahaan, yaitu MDLN, LPKR, dan BSDE, mengalami penurunan pendapatan lebih dari -20%. Apa yang akan terjadi ke depan dengan perusahaan-perusahaan ini tentu bergantung pada strategi yang diambil oleh manajemen masing-masing.